Hakekat CINTA… 0 komentar

Taken From: rheza jadul

Manusia tidak jatuh kedalam cinta Dan tidak juga keluar dari cinta
Tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta
Cinta dibanyak waktu dan peristiwa
Orang selalu berbeda mengartikannya
Tak ada yang salah tapi Tak ada yang benar sempurna penafsirannya
Karena cinta selalu berkembang

Ia seperti udara yang mengisi ruang kosong
Cinta juga seperti air Yang mengalir kedataran yang lebih rendah
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama
Bahwa cinta akan membuat kita berbuat lebih sempurna
Cinta akan membawa sesuatu menjadi lebih baik
Mengajarkan pada kita Betapa besar kekuatan yang dimilikinya
Paling tidak cinta membuat duniaYang bising dan penat ini terasa indah
Cinta mengajarkan pada kita
Bagaimana harus berlaku jujur dan berkorban
Berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan

Cinta adalah kaki-kaki
Yang melangkah membangun samudera kebaikan
Cinta adalah tangan-tangan
Yang merajut hamparan permadani kasih sayang
Cinta adalah hati yang selalu berharap
Mewujudkan dunia serta kehidupan menjadi lebih baik

Critaku 0 komentar

Selasa malam (1 Februari ....),
Setelah hujan lebat mengguyur Jakarta, gerimis masih turun. Saya pacu motor dengan cepat dari rumah hingga disekitar Blok-M menuju rumah Teman-Depok. scul penuh seharian membuat saya amat lelah hingga di sekitar daerah Cijantung mata saya sudah benar-benar tidak bisa dibuka lagi. Saya kehilangan konsentrasi dan membuat saya menghentikan motor dan melepas kepenatan di sebuah shelter bis di seberang Mal Cijantung.

Saya lihat jam sudah menunjukan pukul 10.25 malam. Keadaan jalan sudah lumayan sepi. Saya telpon isteri saya kalau saya mungkin agak terlambat dan saya katakan alasan saya berhenti sejenak.Setelah saya selesai menelpon baru saya menyadari kalau disebelah saya ada seorang ibu muda memeluk seorang anak lelaki kecil berusia sekitar 2 tahun. Tampak jelas sekali mereka kedinginan. Saya terus memperhatikannya dan tanpa terasa airmata saya berlinang dan teringat teman saya (N...) yang baru berusia 3 zmp. Pikiran saya terbawa dan berandai-andai, "Bagaimana jadinya jika dia tau siapa saya?"Tanpa berlama-lama saya dekati mereka dan saya berusaha menyapanya. "Ibu, kalau mau ibu boleh ambil jaket saya, mungkin sedikit kotor tapi masih kering. Paling tidak anak ibu tidak kedinginan" Saya segera membuka raincoat dan jaket saya, dan langsung saya berikan jaket saya. Tanpa bicara, ibu tersebut tidak menolak dan langsung meraih jaket saya. Pada saat itu saya baru sadar bahwa anak lelakinya benar-benar kedinginan dan giginya bergemeletuk."Tunggu sebentar disini bu!" pinta saya. Saya lari ke tukang jamu yang tidak jauh dari shelter itu dan saya meminta air putih hangat padanya. Dan Alhamdulillah, saya justeru mendapatkan teh manis hangat dari tukang jamu tersebut dan segera saya kembali memberikannya kepada ibu tersebut. "Ini bu,.. kasih ke anak ibu!" selanjutnya mereka meminumnya berdua.
Saya tunggu sejenak sampai mereka selesai. Saya hanya diam memandangi lalu lalang kendaraan yang lewat."Adek, terima kasih banyak, mau menolong saya" sesaat kemudian ibu tersebut membuka percakapan."Ah, tidak apa-apa, ngomong-ngomong ibu pulang kemana?" Tanya saya, Saya tinggal di daerah Bintaro tapi (dia menghentikan bicaranya), adek pulang sekolah??" dia balas bertanya."Ya" jawab saya singkat."Kenapa sampai larut malam dek, memangnya ibu dan bapak tidak menunggu? Tanyanya lagi. Saya diam sejenak karena agak terkejut dengan pertanyaannya."Terus terang bu, sebenarnya selama ini saya merasa bersalah karena terlalu sering meninggalkan mereka berdua. Tapi mau bilang apa, masa depan mereka adalah bagian dari tanggung jawab saya. Saya hanya berharap semoga Allah terus menjaga mereka ketika saya pergi."
Mendengar jawaban saya si ibu terisak, saya jadi serba salah. "Bu, maafkan saya kalau saya salah omong.""dek kalau boleh saya minta uang seratus ribu, kalau adek berkenan?" Pintanya dengan sedih dan sopan. Airmatanya berlinang sambil mengencangkan pelukan ke anak lelakinya. Karena perasaan bersalah, saya segera keluarkan uang 10 ribuan 2 lembar dan saya berikan padanya. Dia berusaha meraih dan ingin mencium tangan saya, tetapi cepat-cepat saya lepaskan. "ya sudah, ibu ambil saja tidak usah dipikirkan!" saya berusaha menjelaskannya. "dek kalau jas hujannya saya pakai bagaimana? Badan saya juga benar-benar kedinginan dan kasihan anak saya" kembali ibu tersebut bertanya dan sekarang membuat saya heran. Saya bingung untuk menjawabnya dan juga ragu memberikannya. Pikiran saya mulai bertanya-tanya, Apakah ibu ini berusaha memeras saya dengan apa yang ditampilkannya di hadapan saya?
tapi saya entah mengapa saya benar-benar harus meng-ikhlas-kannya. Maka saya berikan raincoat saya dan kali ini saya hanya tersenyum tidak berkata sepatahpun.Tiba-tiba anaknya menangis dan semakin lama semakin kencang. Ibu tersebut sangat berusaha menghiburnya dan saya benar-benar bingung sekarang harus berbuat apa? Saya keluarkan handphone saya dan saya pinjamkan pada anak tersebut. Dia sedikit terhibur dengan handphone tersebut, mungkin karena lampunya yang menyala. Saya biarkan ibu tersebut menghibur anaknya memainkan handphone saya. Sementara itu saya berjalan agak menjauh dari mereka. Badan dan pikiran yang sudah lelah membuat saya benar-benar kembali tidak dapat berkonsentrasi.Mungkin sekitar 10 menit saya hanya diam di shelter tersebut memandangi lalu lalang kendaraan. Kemudian saya putuskan untuk segera pulang dan meninggalkan ibu dan anaknya tersebut. Saya ambil helm dan saya nyalakan motor, saya pamit dan memohon maaf kalau tidak bisa menemaninya. Saya jelaskan kalau ayah dan ibu saya sudah menunggu dirumah. Ibu itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada saya. Dia meminta no telpon rumah saya dan saya tidak menjawabnya, saya benar-benar lelah sekali . Sesaat kemudian saya lanjutkan perjalanan saya.Saya hanya diam dan konsentrasi pada jalan yang saya lalui. Udara benar-benar terasa dingin apalagi saat itu saya tidak lagi mengenakan jaket dan raincoat ditambah gerimis kecil sepanjang jalan.
Dan ketika sampai di depan garasi dan saya ingin menelpon memberita
hukan ke ibu saya kalau saya sudah di depan rumah saya baru sadar kalau handphone saya tertinggal dan masih berada di tangan anak tadi. Saya benar-benar kesal dengan kebodohan saya. Sampai di dalam rumah saya berusaha menghubungi nomor handphone saya tapi hanya terdengar nada handphone dimatikan. "Gila. Saya benar-benar goblok, tidak lebih dari 30 menit saya kehilangan handphone dan semua didalamnya" dengan suara tinggi, saya katakan itu kepada ibu saya dan dia agak tekejut mendengarnya. Selanjutnya saya ceritakan pengalaman saya kepadanya.
Ibu saya berusaha menghibur saya dan mengajak saya agar meng-ikhlaskan semuanya. " Mungkin Allah memang menggariskan jalan seperti ini. Sudahlah sana mandi dan shalat dulu, kalau perlu tambah shalat shunah-nya biar bisa lebih ikhlas" dia menjelaskan. Saya segera melakukannya dan tidur.Keesokan paginya saya terpaksa berangkat berjalan kaki padahal hal ini saya tidak terlalu saya suka. Saya selalu merasa banyak waktu terbuang jika bekerja menunggang mobil ketimbang naik motor yang bisa lebih cepat mengatasi kemacetan. Kalaupun saya bawa motor saya khawatir hujan karena kebetulan saya tidak ada cadangan jaket dan raincoat juga sudah saya berikan kepada ibu dan anak tadi malam.
saya langsung menuju scul tetapi pikiran saya terus melanglang buana terhadap kejadian tadi malam. Saya belum benar-benar meng-ikhlaskan kejadian tadi malam bahkan sesekali saya mengumpat dan mencaci ibu dan anak tersebut didalam hati karena telah menipu saya.Sampai di scul, saya kaget melihat sebuah bungkusan besar diselimuti kertas kado dan pita berada di atas meja kerja saya. Saya tanya ke office boy, siapa yang mengantar barang tersebut. Dia hanya menjawab dengan tersenyum kalau yang mengantar adalah sahabat tadi malam, katanya nak rheza kenal dengannya setelah pertemuan semalam bahkan dia menambahkan kelihatannya dari orang berada karena mobilnya mercy yang bagus."rheza selingkuh ya, pagi-pagi sudah dapat hadiah dari perempuan ?" tanyanya sedikit bercanda kepada saya. Saya hanya tersenyum dan saya menanyakan apakah dia ingat plat nomor mobil orang tersebut, office boy tersebut hanya menggelengkan kepala..Segera saya buka kotak tersebut dan "Ya Allah, semua milik saya kembali. Jaket, raincoat, handphone, dan uangnya. Yang membuat saya terkejut adalah uang yang dikembalikan sebesar 2 juta rupiah jauh melebihi uang yang saya berikan kepadanya. Dan juga selembar kertas yang tertulis ;"Dek, terima kasih banyak atas pertolongannya tadi malam. Ini saya kembalikan semua yang saya pinjam dan maafkan jika saya tidak sopan. Kemarin saya sudah tidak tahan dan mencoba lari dari rumah setelah saya bertengkar hebat dengan suami saya karena beliau sering terlambat pulang ke rumah dengan alasan pekerjaan. Bodohnya, dompet saya hilang setelah saya berjalan-jalan dengan anak saya di Mall Cijantung. Sebenarnya saya semalam ingin melanjutkan perjalanan ke rumah kakak saya di depok, tetapi saya jadi bingung karena tidak ada lagi uang untuk ongkos makanya saya hanya berdiam di halte bis itu. Setelah saya bertemu dan melihat bapak tadi malam, saya baru menyadari bahwa apa yang suami saya lakukan adalah demi cinta dan masa depan isteri dan anaknya juga. Salam dari suami saya untuk adek. Salam juga dari kami sekeluarga untuk ibu, bapak di rumah. Suami saya berharap, biarlah bapak adek mengetahui identitas kami dan biarlah menjadi pelajaran kami berdua . (Bya, maaf handphone bapak terbawa dan saya juga lupa mengembalikannya tadi malam karena saya sedang larut dalam kesedihan. Terima kasih."Segera saya telpon ibu saya dan saya ceritakan semua yang ada dihadapan saya. Ibu saya merasa bersyukur dan meminta agar semua uangnya diserahkan saja ke mesjid terdekat sebagai amal ibadah keluarga tersebut.

Aku Anak Hasil Perselingkuhan 0 komentar

Tak ada anehnya menurutku jika aku dibesarkan hanya oleh orang tua yang setengah hati sayang padaku. Kata Ibu, Ayah meninggal ketika aku masih dalam kandungan karena kecelakaan, makanya tak secuilpun ada foto kenanganku dengan Ayah, bahkan foto pernikahan Ibu dan Ayahku juga tak ada. “ Hilang semuanya karena kepindahan kita kebeberapa tempat, (Yyn) “, ujar Ibu lembut saat kutanya tentang foto perkawinan.

Ibu juga pernah berjanji jika suatu hari akan membawaku ke pusara Ayah di Bandung jika Ibu sempat. Sekarang aku tinggal di Jogja dibilangan .... Bagaimana mungkin aku bisa pergi ke Bandung, untuk menjenguk Mbah di Cilacap saja hanya pernah terjadi 2 kali seumur-umurku. Maklumlah Uang jajan kami pas-pasan. Ibuku kerja sebagai tenaga paruh waktu di perusahaan asuransi sedangkan aku masih sekolah untuk menamatkan Kuliahku

Aku Ingngin Tiba saat wisuda, keingin Ibu memelukku bangga, nampak bulir-bulir airmata bahagia terus menerus membasahi pipinya. Aku ingat ucapannya ketika Ibu memelukku “ , saatnya Ibu berterus terang kepadamu tentang Ayahmu”. Aku terkejut namun karena luapan kegembiraan bersama teman-teman maka kuabaikan ucapan Ibu tersebut.

Malam hari setelah semua usai, aku mendekati photo Ibu yang sedang tersenyum terpajang di dekat Meja belajar. Ibu melihatku dan tersenyum kecil. Kuingat kembali ucapan Ibu saat di jakarta. Ibu tersenyum kemudian berdiri dan mengambil air putih untuk diminumnya. Sesaat diraihnya tanganku untuk didekap didadanya, senyum terpampang diwajah tuanya. Kutatap lekat wajahnya. Ah, Ibuku masih terlihat cantik walau kerut ketuaan menerpanya.
“ , maafkan Ibu, selama ini Ibu berbohong, Ayahmu belum meninggal. Kamu adalah anak hasil perselingkuhan Ayah dengan Ibu. Ayahmu masih hidup namun sejak Ayahmu tahu Ibu mengandungmu ia pergi meninggalkan Ibu. Ia memang bukan pria bertanggung jawab, namun untuk Ibu yang penting adalah kau hidup terus dirahim Ibu hingga Ibu melahirkanmu. Kamu adalah hidup Ibu, nak “, Ungkap Ibu lugas. Aku diam tergugu tak percaya mendengar penuturan Ibu, sedetik kemudian aku berlari masuk kamar dan menangis keras-keras menyesali nasibku. Aku anak hina dina, aku anak haram pikirku. Aku marah telah dibohongi oleh Ibu selama ini. Aku benci Ibu.

Esok paginya, aku berniat minggat meninggalkan Ibu dan rumahku. Aku ingin pergi kerumah Nita sahabatku sejak kecil. Ibu hanya bisa menangis melihat keputusanku. Aku ingin pergi meninggalkan semua ini. Kubawa barang yang kuperlukan saja. Ibu menangis keras memintaku tinggal, namun aku sudah tak perduli lagi. Kudengar Ibu menangis hingga melolong. Kuabaikan.
Setiba dirumah Nita aku menangis keras hingga orang tua Nita kaget dan turut berduka dengan berita yang kubawa. Mama Nita mengelusku lembut dan membiarkanku tertidur kelelahan setelah menangis. Setelah 2 hari aku tinggal diruman Nita, mama Nita memanggilku dan mengajak berbicara. “ , betapa pedih dan sakitnya hati Ibumu saat Ayahmu pergi begitu saja meninggalkannya saat ia hamil mengandungmu. Luar biasa penderitaannya, bayangkan saja, pastilah Ibumu dicemoh semua orang, dibuang dari keluarga namun Ibumu teguh membiarkanmu tumbuh diperutnya, kemudian setelah kamu lahir dibesarkannya sendiri dengan penuh kasih sayang hingga ia mengorbankan dirinya asal kamu sekolah hingga selesai. Ibumu perempuan terkuat yang pernah kudengar, mungkin jika aku yang harus mengalami nasib seperti Ibumu, pasti aku akan menggugurkanmu. Kebohongan yang dilakukan Ibumu hanya untuk membuat dirimu percaya diri berada dilingkunganmu”. Tegas Mama Nita sambil memandang tepat dibola mataku.

Saat itu pula aku tersadar dengan kehebatan Ibuku. Aku malu dengan ulahku. Aku merasa menjadi anak durhaka. Aku langsung menangis keras lagi, namun tangisku ini adalah tangis penyesalan. Aku menyesal berlaku buruk terhadap Ibuku. Aku merasa berdosa besar. Aku harus pulang, mencium kakinya guna memohon ampunannya. Ibu maafkan aku.
Berlari kencang aku sepanjang gang rumahku dan langsung membuka pintu tanpa berucap salam, kuteriakkan nama Ibu berulang. Begitu kulihat Ibu dibelakang rumah sedang mencuci langsung saja kutubruk dan mengucap maaf berkali-kali. Kucium kaki Ibu dan memohon ampunnya. Ibu memelukku erat tak berkata apapun. Hanya memelukku.

Kejadian ini mencambukku untuk bekerja keras seusai diterima di perusahaan farmasi. Aku hanya ingin bekerja saja dengan keinginan terbesarku untuk membahagiakan Ibu. Kini setelah t aku bekerja, . Tak sekalipun aku menanyakan tentang Ayahku, begitu juga tak sekalipun Ibu menceritakan tentang Ayah. Sudahlah, masa lalu akan kukubur, jujur saja aku malu mempunyai Ayah seorang pengecut, tak bertanggung jawab. Maka kugunakan cerita Ibu bahwa Ayahku meninggal karena kecelakaan sejak aku dalam kandungan jika ada yang menayakan keberadaan Ayahku. (ps)